Jumat, 28 Januari 2011

SI TUKANG SAMPAH

Baru2 ini aku mendengar cerita dari orang rumah, kalau tukang sampah yang biasanya sudah tidak mau lagi mengangkut sampah. Suatu ketika di  mudik sebelumnya, pernah aku mendapati si tukang sampah hanya numpang lewat saja. Seperti biasa kalau ada yang aneh aku pasti laporan, "Ma, sampahnya ko ga diangkat??".
"Ah masak?", mama malah balik tanya dengan heran."Kamu lihat tukang sampahnya sudah lewat?".
"Iya, barusan ajah mah.Itu masih ada di depan sampahnya", jawabku. Tukang sampah baru berlalu sekitar 30 detik dari depan rumah. Dikejar sedikit pasti masih tersusul. 

"Apa tak panggil ajah ma?" tawarku."Ah ga usah, ga usah...biar papa nanti yang buang ke belakang", jawab mama. Kebetulan, pusat pembuangan sampah tepat di belakang rumah. Sebelum diangkut oleh petugas TPS, sampah2 dari seluruh RT RW ku ditampung di sana dulu. Aha..jadi kalau sampah tidak diangkut, Papa akan bersepeda ke belakang rumah untuk membuang sampah di sana. Hmmm...diam2 aku bersyukur punya Papa yang tidak malu ikut beres2 urusan rumah tangga, sementara banyak laki2 lain yang amat malu mengurus urusan2 domestik.

"Kok gitu sih?", aku setengah ngomel setengah bertanya pada mama. Setelah itu baru deh mama cerita gejala aneh dari si tukang sampah.  Iya, dulu juga pernah kejadian, ga ngangkatin sampah, sampai berhari2. Kirain bayaran kurang. Usut2 ke tetangga, berapa mereka bayar tukang sampah. Bayarannya sama tuh. Akhirnya sama papa waktu ketemu terus ditambahin ajah daripada repot. Eh masih cemberut ajah."cerita mama. "Memang jadi berapa ma?"aku ngorek2 cerita lagi. "10 ribu, yang lain 5ribu. Mama rasa ya udahlah ga apa2, kali ajah sampah kita memang lebih banyak", jawab mama.

Dengan rumah tipe 52, halaman segede 6 x 13 m dengan rumput jepang dan rumput gajah mini yang panjangnya tidak pernah melebihi panjang alang2, dan di rumah cuman diisi 2 manula yang makannya sudah ga bisa banyak, sudah tidak punya tenaga berlebih untuk bisa setiap harinya membersihkan halaman, jarang masak pula. Dan satu pemuda yang keberadaannya di rumah paling banter hanya 7-8 jam, makan pun sering di luar. Masih cukup sulit aku menerima logika bahwa rumahku menghasilkan sampah terbanyak di banding rumah2 lainnya.

Menjelang awal tahun tetangga mulai ikutan membayar tukang sampah jadi 10ribu per bulan. Keluargaku ya masih 10ribu lah. Kan sama...heheheh.

Mama pernah cerita juga, "Kalau nagih bayaran paling rajin. Tapi nagihnya cemberut. Pernah pas ada makanan lebih, dikasihin ke dia. wajahnya masih ajah cemberut. Ga terima kasih lagi, ngeloyor ajah pergi." tambah mama waktu itu.

Cerita itu terjadi mungkin sekitar setahunan yang lalu.

Inget kejadian waktu itu, aku jadi bertanya, "Lo ma, mang kenapa lagi?bayaran kurang?pernah ngomelin atau gmn?"penasaran pula aku jadinya.
"Lo malah mama yang pernah diomelin ko"cerita mama."Hah??" heran juga aku dibuatnya. Sikap mama sama anak2nya memang keras, tapi sama orang lain apalagi tidak kenal, bicara nyerepet ajah ga pernah. Kok bisa diomelin??
"Tiap hari kok kerjanya cuma buang rumput??"lanjut mama menceritakan omelan si tukang sampah pada mama.
"Masak tiap hari sih pak?itu coba lihat saja dihalaman, rumput masih panjang2, mana bisa tiap hari bersihin. Paling cuman segenggaman tangan ini. Masak buang segini ajah susah si pak?", Mama bercerita tentang isi percakapannya dengan si tukang sampah.
"Ya udah, cuman diem aja dia mama bilang begitu. Aneh?",komentar Mama.
"Yang lebih aneh lagi, kalau sampah-sampah rumah, sisa2 makanan, atau habis memasak, itu pasti diangkat", lanjutnya lagi.Tapi kalau ada rumput meskipun sedikit, ga mau ngangkat."
Nah lo, apa ini masalahnya??Pasti jelas sampah berkebun lebih ga bau dari pada sampah sisa2 makanan atau sisa memasak. Apalagi kalau habis masak ikan.Sudah bisa dipastikan sampahnya pasti bau amis banget. La kenapa bisa sampah yang bau lebih suka diangkat daripada kalau hanya sampah rumput?. 
"Yah mama rumputnya kebanyakan kali, trus ga dibungkus yg rapi?" agak meragukan juga ak sama cerita mama." Hee..mana pernah sih mama jorok trus sembarangan??", Mama membela diri.
Iya sih, meskipun urusan kebersihan agak obsesif tapi mama tidak  pernah sembarangan memperlakukan orang lain. Sampah2 pasti ditata yg rapi supaya mudah diangkut.
Waktu kejadian si tukang sampah ngomelin mama, ada tetangga2 sedang berkunjung membawa balitanya masing2.Balita2 itu setiap hari pasti main ke rumah. Dan mama papa yang memang sudah kebelet pengen punya cucu dengan sangat terbuka menerima kedatangan mereka. Bayi2 itu senang sekali kalau sudah merumput alias main di rumput. Dan di halaman itu pula mereka mendengar dan melihat kejadian mama di omelin tukang sampah. 

Cerita mama tentang si tukang sampah yang ngomel, "Kalau buang rumput begini biasanya nambah bu,"omel si tukang sampah dengan ketus.
"Ah masak sih, la wong biasanya kalau ga diangkut, Bapak buang sendiri di belakang terus ketemu sama petugas2 TPS itu ko yo ga ditagih tambahan ko?" jawab mama dengan heran saat menceritakan Papa yang bertemu petugas angkutan sampah ketika membuang sampah sendiri di pembuangan belakang rumah.
"Ya kalau nda mau langganan sini lagi yo wis,"sahut si tukang sampah lagi tambah judes. Saat mama bercerita, aku masih bertanya2 kira2 apa reaksi Papa mendengar sahutan si tukang sampah itu. Papa biasanya lebih sabar dan humoris tapi kalau ada orang yang menantang seperti itu, suara kemarahannya bisa mengalahkan mesin turbo pesawat.

Benar saja, mama terus melanjutkan cerita," Ya iya, trus papa jadi basuara besar deng tu tukang sampah," lanjut mama dengan logat campur aduk, manado jawa indonesia. Hmm..aku tahu, papa mulai meninggi suaranya. Jadi cerita mama,"Trus papa bilang sama tu tukang, "YA JANGAN GITU DONG, KAN SEMUA BISA DIBICARAIN?!GA USAH PAKE NGANCAM2 GITU!!"...wueheheh...Aku jadi ngebayangin suasana saat itu, ada papa yang mulai emosi, di dengar bayi2 dan tetangga lagi...wuah kacau.

Tapi untungnya cerita mama, si tukang sampah cuma diem ajah trus ngeloyor ajah pergi meninggalkan orang2 disitu yang pasti diliputi rasa keanehan luar biasa, melihat si tukang sampah yang sudah membuat marah customernya dan hanya meninggalkan lengosan.
Selepas itu, masih cerita mama, ibu2 yang ada di sana langsung kasak kusuk dan saling berkomentar,"Ih ko gitu sih?". "PAdahal kalau dipikir2, akehan sampah ibumu lo mba." sahut yang lain ke seorang ibu yang orangtuanya berjualan lontong di kompleks perumahan yang sama. Sedikit lega juga mendengar cerita mama kalau ibu2 itu masih bersimpati sama mama dan papa. Aku malah berharap supaya tidak terjadi pengalaman traumatis bagi tetangga saat mendengar suara papa yang membahana tadi, habis papa sudah lama tidak membentak kami anak-anaknya, la wong udah pada gede2.

Setelah kejadian omelan si tukang sampah, kata mama dia masih mau mengangkut sampah walaupun juaraaang banget. Perkaranya karena masih ada rumput dalam sampah. La bedanya rumput sama sampah apa to pak??
Sampai 2 bulan kemudian, akhirnya dia ngambek beneran ga mau mengangkut sampah, SEMUANYA. 

Wuihh..urusan sepele bagi aku dan keluargaku ternyata tidak sepele buat si tukang sampah. Hanya karena ketidakinginan mengangkut sampah rumput dibanding sampah rumahtangga yang juga tidak jelas alasannya kenapa, si tukang sampah jadi mutung alias ngambek. Herannya dia tidak menyampaikannya dengan bahasa yang mudah dimengerti tetapi melalui gerutuan2 dan tuntutan2. Menuntut orang lain membayar uang lebih atas sesuatu yang dia anggap hak dia tetapi mengabaikan hak orang lain untuk diangkut sampahnya tanpa pilih2.

Komentar karib saya ketika saya curhat padanya soal itu, dengan enteng dia bilang,"Ya pantes dia masih jadi tukang sampah, udah sukur punya kerjaan, gampang lagi, kayak gitu aja ga sungguh2, pilih2, tapi pengennya dibayar gede,emang ada apa di dunia ini yang mau membayar orang dengan bayaran sebesar presiden tapi bekerja hanya semudah tukang sampah??Yang "mau dibayar" segitu si banyak tapi yang  "mau membayar" siapa?? Yang serius kerja aja belum tentu dibayar besar apalagi yang ngga,Mimpi kali yeee?"...Heheheh...temen ku ko jadi lebay ya??:D.

Mungkin teman saya benar. Kalau di pikir2, bagaimana mungkin kalau ada orang yang bekerja selalu dengan menggerutu, cemberut, tidak melaksanakan sepenuh hati tugas dan tanggungjawabnya,cepat menuntut hak dan berharap dapat lebih tapi tidak mengukur apakah sudah memberikan hasil yang seimbang dengan yang dimintanya, suatu saat apa bisa orang dengan sikap mental seperti itu akan diangkat menjadi orang besar dengan tanggung jawab yang juga besar? Ibarat si tukang sampah tukeran nasib sama si pekerja kantoran sajalah, keliahatannya sih enak, meja besar, kursi empuk, ruangan ber-ac, tapi ngurusin pembukuan, keuangan, ngurusin arsip, tagihan2, komplain2 dari customer segambreng2.
Si tukang sampah, bekerja membuang sampah ajah udah STRESS, apa lagi kalau dinaikkan kemulyaannya dengan bekerja kantoran ngurusin kerjaan seperti tadi. Jangan2 malah ujung2nya bunuh diri...wuehehehe...ko ikutan Lebay??

Mungkin juga teman saya bisa salah, sepertinya masih banyak orang tidak perform tetapi bayaran berlipat2. Kerja mau gampang, fasilitas minta maksimal, dibayar mahal, tetapi kerjaan ga pernah beres dan masih sering  meremehkan  hak orang lain.

Hanya saja saya pernah mengingat janji Tuhan, "Tunggulah kebinasaan bagi orang2 yang memperoleh kemudahan2 dari apa2 yang bukan menjadi haknya"..."Nasib seseorang tergantung ikhtiarnya"...Janji Tuhan selalu benar, right?? Kecuali bagi yang tidak atau belum yakin dengan janjiNya??...Wallahuallam  

Well, selamat berlebaran, selamat hari raya idul fitri, selamat merayakan kebebasan karena telah lepas dari belenggu hawa nafsu, tidak hanya sekedar mendapatkan lapar dan dahaga. Semoga kita menjadi manusia yang lebih baik, lebih ikhlas, dan tidak mudah berputus asa.

Yogyakarta, 9 Sept 2010

AY

ps : tulisan ini ditulis sehari menjelang lebaran 2010 lalu dan telah  di publish di facebook saya

Tidak ada komentar: