Rabu, 27 April 2011

Toward A Dream Trips


 

Tahun 2007 bulan Agustus, 2 bulan setelah kami sekeluarga pindah ke Yogyakarta (Jogjakarta apa Yogyakarta yaaa??....), entah kenapa saya jadi kepengen banget bikin passport. Alasannya sebetulnya ada tapi banyak….mungkin sedikit jealous karena adik saya yang baru bekerja di batam kira2 satu tahunan saja sudah bisa jalan ke China & Singapura sementara saya yang saat itu sudah bekerja sekitar 2 tahun lebih, paling jauh ke Denpasar, itupun untuk perjalanan Dinas yang otomatis tidak bisa sebebas liburan. Bersyukurnya Bali bukan pulau baru buat saya karena sejak jaman kuliah sudah kurang lebih 3 kali bolak balik Surabaya - Denpasar. Meskipun gaya backpacker…untuk ukuran anak kuliah yang belum berpenghasilan tetap, 3x ke Bali sudah syukur kaan??...hehehe

Pada tahun 2008 saya dikirim ke Sumbawa, lagi lagi untuk urusan kerjaan. Ketika itu, waktu saya lebih banyak ada di kendaraan karena begitu saya tiba di Bandara Selaparang Mataram pukul 11 siang, saya harus langsung menempuh perjalanan darat dan laut ke Pulau Sumbawa, tiba di penginapan sekitar jam 8 malam (busyet dah…). Paginya saya tetap harus bangun seperti saat mau bekerja karena saya harus sudah mempersiapkan psikotes sejak jam 7 pagi. Untung lokasi gedung tempat tes dan penginapan cuman beberapa langkah saja, coba kalau jauh…ga kebayang deh.

Berhubung kegiatan psikotes dan interview digabung, jam 4 sore acara baru berakhir. Selepasnya, saya cepat-cepat packing karena harus segera melakukan perjalanan balik ke Mataram mengejar pesawat paling pagi keesokan harinya. So…saya tidur di jalan, tiba di Mataram tepat pukul 3 dini hari. Tidur2 ayan sebentar di rumah kolega, jam 5 pagi, diantarlah saya ke bandara…Sampai di Surabaya sekitar jam 9-an, dan mata sepet banget…hadeeewww…ngantux dech…

Sebetulnya ada penerbangan ke Sumbawa dari Surabaya dengan transit di Mataram, tapi hanya 2x seminggu. Saat itu saya berangkat tidak bertepatan dengan adanya penerbangan ke Mataram…hufft…How can??...panjanglah kalau mau diceritain.

Balik ke keinginan bikin passport tadi, destinasi awal saya ingin ke Singapura dulu. Kenapa??...ya lebih dekatlah…juga lebih mudah dan situasi politiknya stabil ketimbang saya traveling ke Timor2 atau ke Papua Nugini atau ke Filipina. Lo ko ga ke Malaysia??...Entah kenapa juga saya belum berminat. Dan kebetulan ada adik yang stay di Batam. Batam Singapura kan dekaat. Kabarnya total tiket juga bisa lebih murah kalau via batam. Harapan saya, kalau ada rejeki, saya ke Batam, trus loncat deh ke Singapura pake very…cuman sejam doank…hehehe. Kalau punya passport kan enak.

Akhirnya...dengan tekad bulat, saya sampai bela2in cuti 2 hari untuk mengurus passport di Kantor Imigrasi Surabaya. Jeketek…selesainya butuh waktu satu minggu, sudah cuti 2 hari, masak minggu depannya saya cuti lagi?? Alamat susah nih ijinnnya. Untungnya, ada teman satu departemen yang berbaik hati mau dimintai tolong mengambilkan passport saya yang sudah jadi. Karena kebetulan salah satu tugasnya adalah bolak balik kantor Imigrasi untuk mengurus perijinan expatriate dsb… dengan berbekal surat kuasa, saya titiplah padanya untuk mengambil passport saya. Lo kok ke Surabaya?…kan saya sudah pindah Yogya?..

Ketika itu, KTP Surabaya saya masih berlaku dan saya masih lebih sering stay di Jatim daripada di Yogya. Mumpung lokasi saya masih di Jombang, tidak terlalu jauh ke Surabaya (sekitar 1,5 jam), dari pada saya harus menunggu beberapa bulan lagi hingga KTP Yogya saya jadi dan tentu lebih mahal karena ketambahan ongkos bolak balik Yogya – Jombang, belum tentu juga saya bisa cuti untuk bolak balik Yogya Jombang dalam kurun 1 minggu. So daripada cape fisik, dimanfaatkan saja lah masa tenggang KTP itu…hehehe..

Waktu itu saya berpikir, ah dalam waktu tak kurang dari 1 tahun lah, passport saya pasti sudah ada cap negara lain.

So…setelah passport jadi…setahun berlalu…saya belum bisa traveling ke Luar Negeri…selain duit belum ngumpul, waktu juga tak banyak tersedia. Bayangkan, cuti 12 hari dalam satu tahun hanya boleh diambil maksimal 3 hari, itupun perlu negosiasi panjang dengan atasan juga rekan sekerja karena di bagian saya jumlah SDMnya bukan hanya terbatas, tapi pas pas bianget…so kalau saya cuti lama, pastilah tak ada pengganti. Ke luar negeri hanya 3 hari?? Ah..ngabisin duit ajah…males kaleee…

Setahun lagi berlalu…lewat tahun ke 3…ko ga juga2 berangkat ya?? Keburu expired niy passportnya…Bahkan setelah suami bekerja di Korea pun, tak ada waktu untuk mengunjunginya…Malaslah kalau cuman dikasi cuti maksimal 6 hari dengan memanfaatkan hak cuti digabung dengan libur nasional. Karena factor U alias usia, rasanya traveling dengan gaya cepat, dalam waktu singkat bisa mengunjungi banyak tempat…sungguh amat sangat melelahkan lah. Dengan kondisi pekerja kantoran biasa seperti saya ketika itu, pasti gaya gembel alias mbambung lah yang akan saya pilih untuk melakukan traveling. Jelas saya akan mencari harga tiket termurah, pada timing yang tepat, bukan high season. Dengan tiket murah, biasanya penerbangan ke Seoul akan transit lamaaa sekali bisa 12 jam entah di Malaysia atau Singapura. Itu saja sudah 1,5 hari perjalanan pergi. Pulangnya sudah total 3 hari. La masa saya ketemu suami jauh2 dari Indonesia cuman 3 hari doang…beuuuugghhhh…Buatnya kapan coba?? (hehehe…tau kan maksudnya??)…No lah…matur tengkyu

OMG…menginjak tahun ke-4…masa berlaku passport sudah mau habis …halamannya masih kosong melompong…kapan niy jadinya??..So, pada tahun ke 4 setelah passport saya buat, tepat 6 tahun masa kerja saya di perusahaan lama, akhirnya saya memutuskan untuk menghapus keinginan jalan2 ke luar negeri. Saya anggap biaya untuk membuat passport 4 tahun lalu itu sebagai sedekah saja lah untuk pemerintah. Lagian gaya amat…saya berkata pada diri saya sendiri "elu kan cuman pekerja kantoran biasa..bos bukan…pengusaha ya bukan…Indonesia ajah segini luasnya belum tamat, naik haji ajah yang lebih utama belum kesampean…gaya mau ke luar negeri ….ck..ck..ck…cuciaaaannn de loo". Target saya berubah…saya mau tamatin Indonesia ajah dulu…cieeee

Tak berapa lama, karena prioritas hidup yang sudah berubah, plus kejenuhan yang sudah mentok ke level tingkat yang amat sangat tinggi sekali dan sedikit kekecewaan terhadap system kerja di tempat kerja lama…saya putuskanlah akhirnya untuk resign. Jauh hari sebelumnya saya sudah bertekad akan traveling Indonesia, minimal daerah2 wisata dulu lah. Masa bule2 ajah bolak balik Indonesia, orang Indonesianya sendiri cuman muteeeerrr di situ-situ doank.

Sorenya saya langsung ke Bandung…pas ada pertemuan keluarga pulak…sayang terburu2 karena harus cepat balik ke Jombang untuk selanjutnya ke Surabaya karena ada keperluan di sana. Nantilah, Bandung mah sudah bolak2 balik meskipun dalam rentang tahun yang lumayan lama. Masih bisa terjangkau lain waktu….So singkatnya…dalam waktu 2 minggu setelah resign, waktu saya habis untuk traveling Surabaya – Jombang. PUASSS….

Setelah itu, destinasi berikutnya tentu saja home town alias Jogja kemudian lanjut ke Batam. Di jogja belum bisa liburan leha2 tapi masih harus bersih2 rumah. Setelah ditinggal hampir 7 bulan oleh orangtua karena mengunjungi adik yang baru melahirkan di Batam, rumah tampak seperti hutan belantara. Karena Papa saya sudah balik duluan ke Yogja, sementara Mama masih stay di Batam, agak ringanlah pekerjaan bersih2 rumah. Kira 2 butuh hampir 1 minggu untuk beberes rumah, itupun belum sesuai standar kebersihan versi Mama. Standarnya masih lumayan lah.

Traveling Jombang - Yogya mah gampang. Karena seringnya bolak balik, tidak perlu direncanakan berlebihan. Kalau mau cari murah ya naik saja bis ekonomi AC Sumber Kencono (SK) atau Mira. Biayanya sekitar 30 - 35ribuan.

Bus Non AC Ekonomi SK dan Mira juga ada namun harganya tidak beda jauh dengan AC Ekonomi. Bau-bau asap rokok kadang juga masih tercium di bus AC walaupun tidak semenyengat di Non AC karena yang merokok biasaya supir atau kernetnya yang duduk di dekat jendela. Bedanya lebih dingin dan lebih panas doank.

Perjalanan ditempuh sekitar 5 – 7 Jam tergantung keahlian pak supir…hehehe…ga ding…tergantung macet tidaknya jalanan. Kalau mau yang agak nyaman dan bebas pengamen plus no asap rokok, ya naik bus Patas AC Eka atau Akas. PO AKAS tergolong agak susah dapetnya dibanding PO EKA. Jadi naik saja Patas EKA. Biasanya bus ini lewat setiap 30 – 40 menit sekali. Kalau pas penuh yah bisa menunggu hingga 2 jam belum tentu dapat. Biasanya saat musim libur atau lebaran. Biaya sekitar 56 ribuan sudah termasuk makan di Restaurant Duta Ngawi dengan lama perjalanan juga relatif sama dengan Ekonomi, 5-7 jam. Ko bisa padahal kan PATAS?

Saya kurang tahu kenapa…kalau dari analisa saya, saya pernah naik Sumber Kencono yang busnya setiap terminal harus berhenti tetapi bisa ditempuh hanya 5 jam. Berangkat sekitar pukul 7 malam dari Jombang, tiba di Yogya jam 12 malam. Tapi kalau berangkat di jam2 sibuk, bisa 7 jam, bahkan 6 jam saja. Hal ini mengingat supir bus SK terkenal seperti setan jalanan, tukang terabas.

Nah, rute yang ditempuh bus PATAS Eka memang cenderung lebih pendek dan tidak mampir di setiap terminal kecuali Solo, Yogya dan Magelang, tetapi dia akan menghabiskan waktu sekitar 30 menit di Rumah Makan Duta Ngawi untuk makan dan gaya setiran supirnya cenderung hati-hati kalau tidak mau dibilang slow. Oleh sebab itu, waktu tempuhnya hampir sama saja seperti bus Ekonomi.

Kalau saya sedang santai, siang hari, tidak diburu2 waktu dan ingin menikmati pemandangan lebih banyak, maka saya akan naik bus saja. Di waktu2 tertentu, sabtu minggu atau musim libur panjang harga tiketnya bisa lebih murah dari harga tiket KA.

Kalau ingin perjalanan lebih cepat dan schedule lebih pasti, naiklah KA bisnis Sancaka yang gandeng dengan KA Sancaka Eksekutif. Waktu tempuh 5 jam saja, selama tidak ada gangguan teknis. Tetapi bisa dikatakan untuk KA Sancaka jarang terjadi.

Kalau bukan di musim libur dan hari2 kerja antara hari Selasa hingga Kamis / Jumat, harga tiket KA bisa lebih murah daripada tiket Bus EKA. Bisa 40 ribu saja untuk kelas Bisnis dan 60 ribu kelas eksekutif. Tapi yang sering 50 – 60 ribu untuk kelas Bisnis, dan 80 – 100 ribu kelas Eksekutif. Mau lebih murah lagi, naiklah bus ke arah madiun. Turun di pertigaan madiun kota, kalau kuat, jalan kaki saja ke arah stasiun KA Madiun, bisa sekitar 15 menit dan lanjutkan dengan KA Sancaka. Tiket bus Jombang Madiun sekitar Rp 8.000, tiket KA Sancaka Bisnis bila naik dari Stasiun Madiun hanya 40 ribu. Sebelumnya, jangan lupa cek waktu keberangkatan KA Sancaka dari stasiun Madiun agar tidak kelewatan.

Nah..yang perlu direncanakan lebih rinci adalah perjalanan ke Batam. Sejak sebelum resign sudah bergerilya mencari tiket murah. Sudah gonta ganti tanggal, bulan (tahun ga mungkin lah…target harus tahun ini sebelum suami pulang Indonesia dan sebelum dapat kerjaan baru), ceklak ceklik gonta ganti website maskapai penerbangan termurah…la harga tiket ko masih seputaran 600 – 700 ribuan di bulan April hingga Mei?...hadeeeww…

Sampai sekitar setahunan lalu, Maskapai Citylink membuka jalur penerbangan Surabaya – Batam dengan harga murah (dan bila dibandingkan, maskapai ini hampir selalu memberikan harga tiket termurah dibanding maskapai lainnya dengan melayani rute penerbangan yang sama). Ketika survey kemarin, rute penerbangan Surabaya – Batam ternyata sudah tidak dilayani lagi, harus ke Jakarta dulu. Yang tidak sesuai adalah sambungan jamnya. Surabaya – Jakarta dengan citylink memang murah sekitar 200rb-an tetapi pada jam 6 sore, sementara sambungannya yang termurah ke batam ada pada pukul 2 siang. Kebayang mau ngegembel seharian di soekarno hatta…yiaaahh…maless aaahhh…

Setelah putar otak, tanya kanan kiri atas bawah, dapatlah informasi dari adik sendiri (jebulane…), tiket ke batam kadang bisa lebih murah via Singapura…haah?... Teringat lagi passport yang halamannya masih kosong… duit yang agak cekak tapi hasrat jalan2 menggelora…beeuughhh…jadilah perburuan tiket murah dari Surabaya atau Jogja tujuan batam berubah menjadi perburuan tiket murah dengan tujuan Surabaya – Singapura atau Yogya – Singapura.

Ditengah2 perburuan tiket, muncul lagi ide..tepatnya bisikan maut dari sista di Batam… "Sist…tak usahlah ke Singapura…kapan2 sajalah…sekalian saja ke Korea. Kan mumpug ada yang dituju"… Jadi sambil mencari info tiket murah ke Spore..saya juga mencari info tiket murah ke Korea. Beeuuggghhh…tentu saja tak ketemulah…masih di atas 6 juta untuk PP Indonesia - Korea. Waakss…tak jadi lah. Akhirnya mantap keputusan, cukup Spore dulu…toh masih ada Indonesia yang belum tamat…hehehe

So..ketemulah saya dengan maskapai Air Asia yang melayani penerbangan dari Yogya – Singapura. Harga tiketnya berapa coba?...484 ribu rupiah plus tax. Belum boarding passnya ya, biasanya 100ribu rupiah. Berarti total 584 ribu tiket Yogya – Singapura. Ketika itu saya dapat tiket Yogya – Batam via Batavia sekitar 735ribu plus 30ribu boarding pass sekali pergi doang…ouutcch…mata langsung berbinar.

Saya mulai menghitung…masih kasar dulu…bila saya hanya ke batam, tiket PP saya sebesar 735 ribu x 2 = Rp. 1.470.000 + Rp. 70.000 (biaya boarding pass) = Rp. 1.540.000

Bila selama di Batam saya tergiur mau ke Singapura, berarti saya harus keluar biaya tiket very PP Batam – Harbour Front (pelabuhan di Singapura menuju Batam) sebesar 44 SGD atau dengan kurs Rp. 7000 sekitar Rp 308.000. Itu baru sampe pelabuhannya saja, pasti pengen juga kan jalan-2 keliling singapura. Berapa duit lagi habisnya. Hiks..

Sementara bila via Spore ke Batam, tiket Yogya – Spore Rp. 584.000, tiket very singapura – batam 22 SGD atau sekitar Rp. 112.000, tiket pulang batam – yogya = Rp. 765.000, berarti total = Rp 584.000 + Rp. 154.000+ Rp. 765.000 = Rp. 1.503.000...ada selisih 300ribuan rupiah.!!

Saya hitung lagi, berhubung nantinya saya akan turun di Bandara International Changi, maka saya perlu biaya untuk transport dari Changi ke Pelabuhan Harboour Front untuk menuju Batam. Nah ..saya memang harus mencari informasi lebih banyak lagi.

So..setelah browsing-browsing internet, tanya sana sini, telpon sana sini, akhirnya ketemulah jalan, dari Bandara Changi ke Pelabuhan Harbour Front bisa ditempuh dalam waktu kurang lebih 45 menit menggunakan MRT (Mass Rapid Transit - ini sejenis kereta cepat bawah tanah) dengan biaya tiket hanya sekitar 2,6 SGD yang bisa dikembalikan sejumlah 1 SGD bila tiba di stasiun tujuan. Masalah selesai!!

Oke…tapi…masak sudah jauh2 ke Singapura, cuman jalan2 dari Bandara ke Pelabuhan doang??itu juga hanya dalam kereta doang. Pikiran mulai tergoda…tapi lagi tongpes…kan tujuan awalnya cuman mo ke Batam. Kalau mau nekad bin wani-wanian…maka harus cari informasi harga yang semurah-murahnya mpe notok tentang tranportasi, akomodasi, makan dan sebagainya.

Tanpa sadar, hingga 2 hari kemudian saya masih sibuuuuk saja hitung sana hitung sini, cari penawaran dengan harga termurah. Ada untungnya juga pernah kerja di perusahaan lama, sudah terlatih cari penawaran harga murah termasuk tiket pesawat, makan plus penginapan. Sayangnya ga bisa nawar….halah!!

Karena mata sepet dan kuping panas akibat terlalu lama depan internet mencari penawaran dan terlalu banyak telpon sana sini untuk cari2 informasi segala hal yang berbau Singapura (makluuumm…mo belagu jadi turis…tapi gembel…hehehe), saya jadi puyeng sendiri. Akhirnya saya putuskan…sudah…beli saja dulu tiketnya. Nanti cari informasi lagi. Pikirannya saya, ah beda 2 hari doang, harga tiket masih sama lah.

Ternyata, harga tiket ke Singapura pada tanggal yang saya rencanakan telah berubah, jadi lebih mahal seharga 600an ribu rupiah sementara harga tiket yogya batam atau Surabaya batam masih tetap di angka 735rb…wadaw…terpaksa hunting lagi tanggal-tanggal keberangkatan yang menawarkan tiket termurah. Belum lagi ada informasi tambahan dari teman Surabaya yang sekarang tinggal di Singapura bahwa ada maskapai asing lainya (Jet Star) yang offer harga murah. Ternyata berhubung bukan musim tiket murah, maskapai itu pun masih menawarkan harga tiket juaaauuhh banget di atas budget saya. So ga jadi deh.

Total saya memundurkan jadwal hingga 3 kali karena masih penasaran untuk berburu harga termurah di Bulan April -Mei, begitu tidak dapat, kembali ke tanggal semula. Ternyata harga sudah berubah lebih mahal, bahkan tidak sampai 1 jam sejak saya browing pertama…wuaaah…langsung saya putuskan untuk beli saja harga termurah yang saya dapat.

Begitu selesai klik untuk issued tiket…aw..saya lupa memastikan, pake visa atau tidak ya??eng..ing..eeenggg…. Seingat saya sih beberapa negara di Asia Tenggara memberlakukan visa on arrival tapi saya lupa, Singapura termasuk di dalamnya atau tidak ya??. Belum lagi masalah fiskal. Setahu saya bila punya NPWP tidak perlu fiskal, tapi informasi ini pun lupa saya pastikan. "Gawat niy" pikir saya. Masalahnya, budget saya tidak mengikutsertakan biaya visa dan fiskal. Kalau ditambah biaya tetek bengek itu, pastilah total budget saya ke Batam dari Jogja jatuhnya lebih mahal kalau melewati Singapura. Padahal tiket sudah terbeli dan kalau tidak jadi berangkat, tiket tidak bisa dikembalikan alias hangus alias gosong…hiiii…

Setengah deg-degan, saya kontak teman2 yang pernah lawatan ke Singapura. Siyalnya, terakhir mereka berangkat ke sana bukan dalam kurun tahun 2010 – 2011, rata2 sudah lebih dari 2 tahun mereka tidak ke sana. Infonya sih tidak perlu visa dan no fiskal bila punya NPWP. Cek website imigrasi..leletnya minta ampuuunnn…Ya sudah lah..nekat-nekatan saja…berhubung saya masih di Jombang dan akan terbang dari Yogya dan tidak ada waktu lagi karena harus segera mudik, nantilah saya akan datang langsung ke Imigrasi DIY saja untuk bertanya. Harap-harap cemas juga…mudah2aann…beneran tak perlu visa dan fiskal.

Begitu tiba di Jogja, tujuan saya langsung ke Kantor Imigrasi, kebetulan letaknya cukup dekat dari rumah. Akhirnyaaa….HOREEE…tak perlu visa dan fiskal…horeee…eitss…jangan keburu senang dulu. Syarat tidak pake visa adalah tidak boleh stay lebih dari 1 minggu di Singapura. Visa akan diberlakukan bila kita berada di Singapura lebih dari 1 minggu. Buktinya adalah…harus bisa menunjukkan tiket PP Yogya – Singapura. Dari situ ketahuan deh berapa lama kita akan stay di sana.

Whatsss??Ada sih tiket pulangnya…tapi kan saya pulang dari Batam…itupun jaraknya 10 hari kemudian…duh…boleh ga yaa? Staf di kantor Imigrasi itu tidak bisa memastikan. Dia menyuruh saya langsung tanya di Imigrasi Bandara saja. Perasaan saya berubah parno…takut dipalak sama petugas2 imigrasi bandara berhubung sering mendengar cerita2 minor tentang mereka. Tapi saya tetap memasang tampang PD bin yakin di depan bapak staf. "Oh..OK..baik pak..terima kasih infonya, saya akan langsung ke bandara saja". Tidak lupa pasang senyum semanis mungkin…hehehe

Apakah saya langsung ke bandara?...ya gak lah kaleee…seperti biasaa…cari info lagi ke teman-teman yang pernah ke sana, "Ga papa dis..tunjukkan saja tiket pulang yang dari Batam.Disenyumin ajah sambil stel tegas dan PD supaya tidak dikira TKI sono". Seorang teman menenangkan. Ah kalo itu siy saya jagonya…hehehe…okelah kalo beg…beg…geto…Setelahnya, saya kemudian sholat dengan khusyuuu sekali dan sering dzikir minta dimudahkan perjalanan…duileeee…segitunyaa….kqkqkqkq…

Bersambung